Sabtu, 20 Februari 2010

Trends are confirmed by volume

Dow believed that volume confirmed price trends. When prices move on low volume, there could be many different explanations why. An overly aggressive seller could be present for example. But when price movements are accompanied by high volume, Dow believed this represented the “true” market view. If many participants are active in a particular security, and the price moves significantly in one direction, Dow maintained that this was the direction in which the market anticipated continued movement. To him, it was a signal that a trend is developing.

From this tenet it follows that volume should increase when the price moves in the direction of the trend and decrease when the price moves in the opposite direction of the trend. For example, in an uptrend, volume should increase when the price rises and fall when the price falls. The reason for this is that the uptrend shows strength when volume increases because traders are more willing to buy an asset in the belief that the upward momentum will continue. Low volume during the corrective periods signals that most traders are not willing to close their positions because they believe the momentum of the primary trend will continue.

Conversely, if volume runs counter to the trend, it is a sign of weakness in the existing trend. For example, if the market is in an uptrend but volume is weak on the up move, it is a signal that buying is starting to dissipate. If buyers start to leave the market or turn into sellers, there is little chance that the market will continue its upward trend. The same is true for increased volume on down days, which is an indication that more and more participants are becoming sellers in the market.

According to Dow theory, once a trend has been confirmed by volume, the majority of money in the market should be moving with the trend and not against it.

Note:
Menurut Dow, pergerakan harga banyak dipengaruhi naik turunya Volume. Volume merupakan salah satu penyebab harga bergerak dalam trend
jika seandainya harga bergerak dalam bullish trend maka harus diikuti oleh peningkatan volume juga. Alasannya adalah, suatu kondisi bullish akan disebut strong bullish jika diikuti oleh peningkatan volume, peningkatan volume ini menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan di market bahwa akan terjadi penguatan lebih lanjut.

Tapi jika seandainya dalam kondisi bullish malah terjadi penurunan volume yang cukup signifikan secara tidak langsung sudah menujukkan akan adanya reversal trend. (Orang-orang sudah siap take profit)

Bahasa sederhananya adalah jika seandainya ada kondisi harga breakout maka sebaiknya diikuti juga oleh kondisi volume yang break high juga


Traditional Chart Pattern 1 (Simple Trading Approach)

Ada Beberapa Chart Pattern yang sering muncul dalam grafik

Yang paling Sederhana adalah:

  • Double Tops
  • Double Bottoms
  • Triple Tops
  • Triple Bottoms
Disebut Double Tops karena memiliki 2 puncak yang tingginya hampir sama. Konfirmasi Sell pada breaking Point (Neckline)

Disebut Double Tops karena memiliki 2 puncak yang tingginya hampir sama. Konfirmasi Sell pada breaking Point (Neckline)

Level Take Profit dan Stop Loss digambarkan dalam bentuk dibawah ini

Titik A (High Peak/puncak) adalah Stop Loss Titik B (Neckline ) adalah level confirmation (sell/Short position) Titik C adalah level Take Profit dalam teori AB = BC tapi biasanya saya cmn mengambil 60% dari AB saja

Titik A (High Peak/puncak) adalah Stop Loss. Titik B (Neckline ) adalah level confirmation (sell/Short position). Titik C adalah level Take Profit dalam teori AB = BC tapi biasanya saya cmn mengambil 60% dari AB saja

Tindakan Antisipatif jika terjadi False signal dari double tops ini (Sudah sell tapi menyentuh Stop Loss) adalah Cut and Double Switch

Contoh:

Sell di titik B 1 lot kena stop loss di titik A –> Switch to buy 2 lot

Disebut Double Bottoms karena memiliki 2 lembah (through) yang rendahnya hampir sama. Konfirmasi buy pada breaking Point (Neckline)

Disebut Double Bottoms karena memiliki 2 lembah (through) yang rendahnya hampir sama. Konfirmasi buy pada breaking Point (Neckline)

Level Take Profit dan Stop Loss digambarkan dalam bentuk dibawah ini

Titik A adalah Level stop loss berada pada titik terendah dari double bottoms Titik B adalah level confirmation (Buy/long position) Titik C adalah level Take Profit dimana AB = BC atau BC = 60% AB

Titik A adalah Level stop loss berada pada titik terendah dari double bottoms. Titik B adalah level confirmation (Buy/long position). Titik C adalah level Take Profit dimana AB = BC atau BC = 60% AB

Pola lain yang mirip dengan kedua pola diatas

Aturan yang dipakai sama untuk aturan double bottoms dan double top

Untuk durasi waktu yang terjadi biasanya seperti dalam gambar dibawah ini:

Penentuan Durasi ini berdasarkan kevalidan pattern yang terbentuk. Pattern yang terbentuk dalam kurun waktu seperti diatas biasanya memiliki probabilitas kevalidan yang tinggi

Penentuan Durasi ini berdasarkan kevalidan pattern yang terbentuk. Pattern yang terbentuk dalam kurun waktu seperti diatas biasanya memiliki probabilitas kevalidan yang tinggi

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

There are three movements on the market

Penjelasan dari teory ini cukup sederhana yaitu bahwa market mempunyai tiga tipe trend yaitu:

1. Major Trend merupakan trend jangka panjang dari suatu market biasanya ditentukan dalam kurun waktu minimal 1 tahun.

Pergerakan harga 4 tahun terakhir

2. Medium trend merupakan analisa trend untuk jangka menengah biasanya antara 2 minggu sampai 3 bulan

Pergerakan harga 12 bulan terakhir

3. minor trend merupakan analisa short trend biasanya untuk kurun waktu daily.

Pergerakan harga 3 bulan terakhir

Kesimpulan globalnya adalah Major trend terbentuk karena adanya gerakan2 dalam medium trend dan minor trend.
Dalam konsep wave analysis biasanya disebutkan bahwa wave yang besar terbentuk karena adanya wave2 yang kecil.

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

The stock market discounts all news

Stock prices quickly incorporate new information as soon as it becomes available. Once news is released, stock prices will change to reflect this new information. On this point, Dow Theory agrees with one of the premises of the efficient market hypothesis.

The idea that the market discounts everything is not new to technical traders, as this is a major premise of many of the tools used in this field of study. Accordingly, in technical analysis one need only look at price movements, and not at other factors such as the balance sheet

Like mainstream technical analysis, Dow theory is mainly focused on price. However, the two differ in that Dow theory is concerned with the movements of the broad markets, rather than specific securities.

For example, a follower of Dow theory will look at the price movement of the major market indexes. Once they have an idea of the prevailing trend in the market, they will make an investment decision. If the prevailing trend is upward, it follows that an investor would buy individual stocks trading at a fair valuation. This is where a broad understanding of the fundamental factors that affect a company can be helpful.

It’s important to note that while Dow theory itself is focused on price movements and index trends, implementation can also incorporate elements of fundamental analysis, including value- and fundamental-oriented strategies.

Note:
Menurut Dow harga yang terjadi saat ini sebenernya sudah merefleksikan kejadian di market saat ini juga. Yang paling penting menurut dow adalah bukan apa yang bisa menyebabkan harga bergerak saat ini tapi reaksi apa yang mungkin terjadi terhadap pergerakan harga saat ini

Semua informasi tentang pergerakan harga sudah tercermin dalam harga/chart itu sendiri.

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

The primary trend has three phases

Dow Theory asserts that major market trends are composed of three phases: an accumulation phase, a public participation phase, and a distribution phase. The accumulation phase (phase 1) is a period when investors “in the know” are actively buying (selling) stock against the general opinion of the market. During this phase, the stock price does not change much because these investors are in the minority absorbing (releasing) stock that the market at large is supplying (demanding). Eventually, the market catches on to these astute investors and a rapid price change occurs (phase 2). This occurs when trend followers and other technically oriented investors participate. This phase continues until rampant speculation occurs. At this point, the astute investors begin to distribute their holdings to the market (phase 3).

Ada 3 fase pergerakan dalam harga yaitu:

1. Akumulasi harga

2. Partisipasi (bullish/bearish)

3. Distribusi harga (bisa berupa contuniation trend atau reversal trend)
Penerusan bullish trend biasa disebut Excess Phase, penerusan bearish trend biasa disebut panic phases

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

The Art of Volume Analysis

Introduction

Volume merupakan kajian terpenting setelah harga. Volume dalam teknikal analisis mencerminkan “kebenaran” suatu trend. Apakah trend yang sedang terjadi sehat atau tidak, volume merupakan salah satu indikator penentunya.

Jika market bergerak, baik itu bullish maupun bearish, maka kekuatan pergerakan trend tersebut sangat bergantung pada volume yang ada pada suatu periode tertentu. Dengan memonitor dan memperhatikan pergerakan volume kita dapat menangkap peluang ketika ketika harga sedang bergerak dengan cepat.

Pergerakan yang sangat penting tersebut biasanya terjadi dalam bentuk “spike” atau terjadi dalam waktu yang singkat, dan biasanya diikutin peningkatan volume dibanding ketika market sedang bergerak dalam kondisi normal.

volume dapat membantu kita untuk mepersiapkan diri sebelum terjadi breakout harga dengan melakukan identifikasi range katika harga sedang bergerak dalam kondisi flat atau sideways.

menunjukkan adanya "high" volume ketika harga bergerak dalam trend dan kondisi volume ketika harga bergerak "sideways"

Dalam gambar diatas ketika harga dalam range volume cenderung kecil, dan ketika harga breakout dari range maka terjadi “high” volume.

Importance

Volume adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika banyak terjadi transaksi dalam satu periode perdagangan, karena hal tersebut dapat menunjukkan seberapa banyak pembeli dan penjual yang sedang bertransaksi dalam satu harga tertentu. Dalam konsep trend semakin banyak partisipan dalam market dalam suatu rentang trend tertentu maka trend tersebut dapat dikatakan trend yang sehat, kesepakatan antara pembeli dan penjual ketika terjadi trend atau pergerakan harga mutlak diperlukan.

Tanpa adanya partisipan yang cukup ketiha harga sedang bergerak maka bisa diartikan bahwa banyak orang yang berminat terhadap harga yang sedang bergerak. Semakin banyak peminat/partisipan maka hal itu menjukkan bahwa kenaikan atau penurunan harga yang terjadi didukung oleh sebagian besar partisipan. Jika volume yang terjadi adalah kecil maka hal tersebut menjukkan bahwa peminat/partisipan pada harga itu sangat sedikit, atau dapat dikatakan harga tersebut tidak disetujui oleh sebagian besar pelaku market.

Fact About Volume

- Volume harus diigunakan sebagai bukti nyata dari sebuah trend bukan sebagai bukti utama.

- Volume dapat digunakanuntuk mengkonfirmasi perubahan harga. Ketika sebuah trend terjadi dan tidak ada volume dalam pergerakan tersebut maka itu dapat diartikan trend yang terjadi sangat lemah atau tidak ada komitmen dalam trend tersebut (Jumlah partisipan sedikit).

- Jika terdapat volume yang kuat ketika sebuah trend terjadi, hal tersebut berarti bahwa perubahan harga yang terjadi disepakati oleh sebagian besar pelaku market. Pergerakan harga yang diikuti dengan pergerakan volume dapat mengindikasikan pergerakan harga sesudahnya.

Who is in control?

Bullish market adalah kondisi dimana banyak orang yang membeli daripada menjual dalam hal ini pembeli lebih dominan. Jika sebagian besar pembeli merubah posisi menjadi penjual otomatis harga akan jatuh, ketika harga jatuh sebagian besar orang yang memiliki posisi Long/beli di dalam market akan merubah posisinya menjadi penjual untuk menghindari kerugian yang lebih dalam lagi, Hal ini sering disebut dengan snowball efect yang dapat menyebabkan volume spike (high volume) dan lebih lanjut menjadi indikasi reversal (pembalikan arah).

Accumulation - atau akumulasi adalah istilah untuk market yang sedang didominasi oleh pembeli. Jika pada kondisi downtrend / trend turun harga tiba-tiba berhenti bergerak dan bergerak ranging dalam satu area tertentu, diikuti peningkatan volume secara moderate (increasing), maka itu berarti bahwa banyak orang yang membeli pada harga rendah (low price) , dan pada saat itu terjadi proses akumulasi.

Setelah semua orang yang berposisi sebagai penjual dan yang menjual barangnya sudah habis, maka jumlah pembeli akan lebih banyak daripada penjual maka ini meerupakan indikasi awal bahwa downtrend tersebut akan segera berakhir dan kemungkinan harga akan bergerak naik.

Ada 2 jenis karakteristik yang bisa diamati selama proses akumulasi:

  1. Volume meningkat dibandingkan dengan harga penutupan kemarin dan harga penutupan lebih tinggi dari harga penutupan kemarin. (Terjadi pola higher high, dan higher low)
  2. Setelah terjadi downtrend / trend turun, harga bergerak dalam range yang terbatas diikuti oleh volume yang meningkat moderate (increasing moderate).

Distribution - atau distribusi adalah istilah yangdigunakan untuk market yang sedang didominasi oleh penjual. Jika pada kondisi uptrend / trend naik harga tiba-tiba berhenti bergerak dan bergerak ranging dalam satu area tertentu, diikuti peningkatan volume secara moderate (increasing), maka itu berarti bahwa banyak orang yang membeli pada harga tinggi (high price) , dan pada saat itu terjadi proses distribusi.

Ada 2 jenis karakteristik yang bisa diamati selama proses distribusi:

1. Volume meningkat dan closing price lebih rendah dari closing price bar sebelumnya (Terjadi pola lower low dan higher low)

2. Setelah trend nnaik harga bergerak dalam range yang terbatas diikuti oleh oleh volume yang meningkat moderate (increasing moderate).

High Volume & Reversal

Seperti disebutkan sebelumnya volume dapat memberikan indikasi awal tentang trend reversal (Pembalikan arah trend). Dalam jangka panjang kita bisa mengidetifikasikan trend dan ride trend. Reversal atau perubahan arah harga biasanya diawali oleh perubahan terhadap fundamental suatu harga. Mengidentifikasi perubahan ini adalah tantangan terbesar dalam trading. Jika kita sebagai investor atau trader dapat menangkap angin perubahan ini, maka kita berpeluang untuk bisa meraih profit.

Mengidentifikasikan reversal trend salah satunya bisa dengan menggunakan volume yang spike, pada literatur lain sering disebut dengan blow off volume. spike volume atau blow off volume biasanya terjadi pada single trading period. Reversal biasanya terjadi ketika terjadi peningkatan volume selama bebera hari diatas volume rata-rata harian.

menunjukkan trend reversal diikuti oleh high volume

menunjukkan trend reversal diikuti oleh "high volume"

Perdana Wahyu Santosa at 11:50pm March 16
Top reversal dan bottom reversal mempunyai pola pembentukan vol yg berbeda. Disamping itu frekuensi transaksi untuk vol yg sama dapat juga mempengaruhi pola reversal. Gunakan variabel dummy utk mengatasinya. Disarankan gunakan proksi Vol/Frek juga agar terhindar dari price manipulatioan dari simpatisan strategic traders. Cek juga normalitas order flow untuk indentifikasi tingkat keterlibatan strategic traders…trading activity oneng hanya menciptakan “bouncing” disekitar bid-ask spread saja yang menginduksi non synchronous trading dan menciptakan volatilitas semu…nice note

https://fxind.cabinet.fxopen.com/


The Art of Volume Analysis (Trends on Decreasing Volume)

Trends on Decreasing Volume

  • Ketika harga bergerak naik dan volume mengalami penurunan, hal tersebut berarti bahwa trend akan sulit berlanjut, kenaikan harga yang terjadi akan cenderung terbatas. Hal ini merupakan signal-signal awal bahwa kenaikan harga akan berakhir.
  • Ketika pada trend harga turun dan volume cenderung menurun, kemungkinan penurunan harga akan terbatas dan trend akan cenderung reversal menjadi naik.
Trends on Decreasing Volume

Trends on Decreasing Volume

  • A. Pada Fase ini merupakan contoh unhealthy trend, karena penurunan harga yang terjadi tidak didukung oleh increasing volume. Pada awal trend terlihat volume cukup tinggi hal ini menandakan banyak seller yang berpatisipasi di harga tersebut, tapi pada penurunan lebih lanjut volume cenderung menurun (decline), hal ini berarti bahwa pada penurunan selanjutnya tidak didukung oleh sebagaian besar pelaku market. Pada kondisi seperti ini biasanya downtrend yang terjadi tidak berlangsung lama.
  • B. Pade fase ini terlihat pertempuran antara bear dan bulli, dan berakhir tanpa memberi kejelasan arah.
  • C. Pada Fase ini mulai terlihat increasing volume yang diikuti oleh naiknya harga. Harga siap-siap bergerak dalam uptrend.
  • D. Pada Fase ini harga bergerak naik tapi volume cenderung menurun (decline) kemungkinan harga akan mengalami konsolidasi.
  • E. Pada fase ini harga kembali bergerak naik diikuti oleh increasing volume. tapi kemudian harga kembali bergerak turun dan mencoba menembus support level.

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

The Art of Volume Analysis (Identification Healthy Trends)

Mengidentifikasikan volume yang ideal dalam suatu trend

1. Ideal Health Price Uptrend

Uptrend

Uptrend

Uptrend 2

Uptrend 2

Dalam kondisi Up trend/ bullish kondisi volume akan meningkat (Increase) diikuti dengan naiknya harga. Hal ini menandakan bahwa ada penambahan jumlah participant yang masuk ke market sekaligus menunjukkan adanya peningkatan minat beli di market. Kondisi ini mencerminkan adanya ekses demand

Uptrend 3

Uptrend 3

Jika dalam proses kenaikan terjadi koreksi maka volumenya juga akan ikut menurun (decline). Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses koreksi ini, sebagian besar pelaku market tidak setuju dengan proses koreksi ini,bisa juga diartikan bahwa proses ini hanya digunakan sebagai sarana taking profit. Jika dalam kenaikan selanjutnya diikuti oleh volume yang increase kembali maka kembali terjadi peningkatan minat beli di market seiring dengan proses kenaikan harga tersebut.

Berikut contoh Price and volume digabung dengan Peak and Trough analysis

Bull

Bull

HH = Higher High

HL = Higher Low

2. Ideal Health Price Downtrend

Downtrend

Downtrend

Downtrend 2

Downtrend 2

Dalam kondisi down trend/ bearish kondisi volume akan meningkat (Increase) diikuti dengan turunnya harga. Hal ini menandakan bahwa ada penambahan jumlah participant yang masuk ke market sekaligus menunjukkan adanya peningkatan minat jual di market. Kondisi ini mencerminkan adanya ekses supply.

Downtrend 3

Downtrend 3

Jika dalam proses penurunan terjadi rebound maka volumenya juga akan ikut menurun (decline). Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses rebound ini, sebagian besar pelaku market tidak setuju dengan proses rebound ini. Jika dalam penurunan selanjutnya diikuti oleh volume yang increase kembali maka kembali terjadi peningkatan minat jual di market seiring dengan proses penurunan harga tersebut.

Berikut contoh Price and volume digabung dengan Peak and Trough analysis

Bear

Bear

LL = Lower low

LH = lower high

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

The Art of Volume Analysis (Healthy Trend)

Technical traders, selalu menunggu trend untuk melakukan trading.

Swing Trader selalu menggunakan volume untuk mencari dan mengidentifikasikan suatu trend yang sehat yang bisa mereka manfaatkan peluangnya untuk jangka waktu minimal 1 bulan atau lebih.

Berikut beberapa cara untuk mengidetifikasikan harga dan volume bersamaan untuk menentukan suatu trend berjalan dengan sehat atau tidak:

  • Sebuahtrend keatas (upward trend) biasanya diikuti dengan peningkatan volume (increasing volume) Jika terjadi koreksi dari penurunannya biasanya volume juga ikut menurun. Penambahan volume ketika terjadi kenaikan harga menunjukkan adanya penambahan partisipan yang setuju dengan kenaikan harga. Dan ketika terjadi koreksi volume menurun menunjukkan bahwa, koreksi atau penurunan harga tersebut tidak didukung oleh sebagain besar partisipan.
  • Pada kondisi trend menurun (downward trend) biasanya diikuti oleh volume yang meningkat juga, dan jika terjadi rebound (kenaikan sementara) biasanya volume akan menurun. Peningkatan volume menunjukkan bahwa penurunan harga disepakati dan diikuti oleh sebagaian besar pertisipan, sedang ketika terjadi rebound volume menurun menunjukkan bawha rebound atau peluang kenaikan harga tidak didukung oleh sebagian besar partisipan, karena sebagian besar pertisipan masih melihat bahwa harga akan jatuh lebih dalam lagi.
Menunjukkan Healthy Trends

Menunjukkan "Healthy Trends"

Dari gambar diatas terdapat tiga Healthy Trendsi yang dapat dianalisa. Dua diantaranya adalah uptrend dan satu downtrend. Jika kita lihat di gambar pada awal bulan February harga meningkat diikuti oleh volume yang meningkat juga.

Pada awal maret terjadi penurunan harga diikuti oleh peningkatan volume. Setelah terjadi reversal (pembalikan arah) kembali terjadi kenaikan harga diikuti oleh peningkatan volume.

Uptrend 1
  • A. Pada tanggal 17 Februari, pada kondisi sideways terjadi high volume, diikuti oleh kenaikan harga pada hari berikutnya sekaligus terjadi peningkatan volume. Kondisi ini menujukkan adanya “healthy trend
  • B. Long Blue Candle yang terjadi pada tanggal 20 Februari menunjukkan adanya kenaikan harga yang cukup kuat diikuti oleh volume yang lebih tinggi lagi dari hari-hari sebelumnya. Hari berikutnya diikuti oleh red candle diikuti oleh volume yang menurun. Dalam kondisi uptrend dan terjadi koreksi harga, kondisi ini adalah kondisi yang sehat. Secara psikologis keadaan ini menunjukkan adanya profit taking. jika pada kenaikan selanjutnya kembali terjadi peningkatan volume menandakan adanya penambahan partisipan dalam market
  • C. Pada bagian ini kita dapat kembali melihat harga kembali mengalami kenaikan, diikuti kenaikan volume. Dibanding posisi volume di posisi B, memang volume di posisi C ini lebih rendah, hal ini menandakan bahwa partisipan yang masuk ke market mulai berkurang.
  • D. Harga mencoba untuk naik lagi diikuti oleh peningkatan volume dibanding hari sebelumnya. Pada perdagangan 3 maret terbentuk pola doji pada candle stick. Kondisi ini menunjukkan adanya peperangan antarapembeli dan penjual (bull and bear). Pada kondisi seperti ini merupakan peringatan bahwa uptrend akan segera berakhir.
  • E. Pada 2 hari perdagangan di kotak E, terjadi peningkatan harga tapi volume justru mengalami penurunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bawha trend sudah mulai melemah dan siap-siap akan terjadi pembalikan arah (reversal).

Healthy Trends

Downtrend 1

  • F. Pada puncak uptrend , volume membentuk pola lower low , diikuti pembentukan red candle dimana hara penutupan lebih rendah daripada harga pembukaan. Pada kondisi seperti ini, terlihat bahwa sepanjang jam perdagangan didominasi oleh penjual. Butuh konfirmasi pergerakan harga dan volume lebih lanjut untuk memastikan bahwa downtrend akan terjadi.
  • G. Harga mulai bergerak turun dengan sangat cepat diikuti oleh volume yang meningkat. Kondisi ini menunjukkan bahwa downtrend yang terjadi berjalan dengan sehat. volume mulai meningkat diatas rata-rata 10 hari.
  • H. Candle yang terbentuk pada tanggal 18 Maret, merupakan long red candle/berish candle diikuti oleh volume yang sangat tinggi (high volume). Kondisi ini merupakan signal awal terjadinya selling climax. Secara psikologis pada perdagangan tanggal 18 tersebut terdapat penambahan partisipan (penjual) di market. Kondisi ini merupakan indikasi awal bahwa trend turun akan berakhir.
  • I. Pada bagian I, harga masih berlanjut turun, tapi volume sudah tidak sebesar volume sebelumnya.
  • J. Pada bagian J terlihat adanya blue candlei tapi dengan range yang sangat tipis dan volume yang lebih rendah lagi diikuti pada hari berikutnya harga kembali jatuh, volume pada hari berikutnya kembali menurun ketika harga gagal membentuk lower low.
  • K. Pada hari berikutnya harga dan volume membentuk pola higher high

NB:

  • Lower low pada volume artinya volume mengalami decline (lebih rendah dari hari/periode sebelumnya)
  • Higher high pada volume artinya volume mengalami increasing (lebih tinggi dari hari/periode sebelumnya)

Healthy Trends 2

  • L. Setelah terjadi ledakan volume yang cuku kuat pada bagian H, dan I , harga mulai bergerak bergerak naik.
  • M. Selama 10 hari berikutnya, volume bergerak naik diikuti dengan harga yang bergerak naik, dan volume cenderung menurun ketika harga bergerak melambat. Ini merupakan ciri awal bahwa harga sedang bergerak dalam healthy Uptrend.
  • N. High volume yang terjadi pada fase ini menandakan pertempuran antara bearish dan bullish. Pertempuran kali ini dmenangkan oleh sang banteng. Pada fase ini harga mengalami koreksi diikuti oleh turunnya volume, kemudian harga mulai bergerak naik dengan increasing volume secara moderat.
  • O. Pada fase ini terdapat 3 hari red candle (bearish candle), harga bergerak turun diikuti dengan volume yang cenderung menurun dibanding fase sebelumnya, ini merupakan gerakan koreksi dalam uptrend. Pada akhir trend terlihat selama 2 hari terakhir terbentuk kembali doji diikuti denga high volume yang cenderung lebih tinggin dari hari2 sebelumnya. Pada saat tersebut sedang terjadi peperangan kembali antara bull dan bear

Note: volume dapat digunakan untuk mengidetntifikasikan trend baru, atau untuk memonitor trend yang sedang terjadi.

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

The Art of Candlesticks Charting (The Doji)

Candlestick merupakan salah satu metode charting dalam Teknikal analisis dengan menggunakan 4 komponen harga yaitu : Harga Open, Harga Close, Harga High, & Harga Low pada suatu periode waktu tertentu.

Bentuk dasar dari candlestick adalah sebagai berikut

Anatomi Candlestick

Anatomi Candlestick

  • Bullish Candle = Suatu Candle disebut sebagai bullish candle ketika harga Close > dari harga open.
  • Bearish Candle = Suatu Candle disebut sebagai bearish candle ketika harga Close <>

Real body dapat digunakan untuk membaca kondisi psikologis yang sedang terjadi dalam market.

Pada umumnya satu candlestik menggambarkan pergerakan harga dalam satu waktu tertentu (time frame). Jika kita buka chart daily berarti satu bentuk candle mewakili pergerakan harga dalam satu hari. Jika kita buka chart 1 menit berarti satu candle mewakili pergerakan harga dalam 1 menit.

Jenis-Jenis Candlesticks

Candlestick

Basic Candlestick

  • Long Day
    Biasanya ketika terbentuk candle jenis ini diikuti oleh volume yang besar, candle denganb entuk seperti ini menunjukkan sedang terjadi strong buy/sell di market. Titik tentah/ harga tengah/mid point dari candle ini dapat digunakan sebagai support/resistance
  • Doji
    Doji merupakan indikasi bahwa dalam kondisi “lelah”, biasanya harga open=close atau hampir sama
  • Spinning Top
    Candle dengan bentuk ini memberikan implikasi bahwa trend yang terjadi sudah mulai melemah. Biasanya ditandai dengan real body yang kecil.
  • High Wave
    Memiliki bentuk hampir mirip dengan spinning top tapi biasanya memiliki long shadows. Candle dengan bentuk ini biasanya mengindikasikan bahwa market sedang dalam kondisi yang “bingung”

DOJI

Doji merupakan salah satu bentuk candle yang cukup populer. Karena Doji seringkali mengindentifikasikan reversal (pembalikan arah trend).

Doji Candle

Doji Candle

Doji memberi indikasi awal bahwa market sedang “lelah”. biasanya harga open sama dengan harga close atau berdekatan dengan harga close

Berikut contoh palikasi Doji pada grafik

Ketika Doji terbentuk pada titik 1,2,3,4 & 5 market selanjutnya cenderung bergerak sideways. Peluang buy / long ketika stelah terbentuk doji harga mampu breakout dari range sideways nya. Doji yang terbentuk pada kasus ini memberikan indikasi trend contuniation

Ketika Doji terbentuk pada titik 1,2,3,4 & 5 market selanjutnya cenderung bergerak sideways. Peluang buy / long ketika stelah terbentuk doji harga mampu breakout dari range sideways nya. Doji yang terbentuk pada kasus ini memberikan indikasi trend contuniation

Pada pergerakan selanjutnya terjadi doji di ujung trend dan market tidak mampu melakukan break high dan selanjutnya market bergerak turun. Doji yang terbentuk pada kasus ini memberikan indikasi trend reversal.

Pada pergerakan selanjutnya terjadi doji di ujung trend dan market tidak mampu melakukan break high dan selanjutnya market bergerak turun. Doji yang terbentuk pada kasus ini memberikan indikasi trend reversal.

Ketika dalam kondisi market sideways doji dapat digunakan sebagai support & Resistance, atau untuk acuan breakout dari range

Ketika dalam kondisi market sideways doji dapat digunakan sebagai support & Resistance, atau untuk acuan breakout dari range

Doji yang terbentuk dalam kondisi sideways, dapat digunakan sebagai potensial support / resistance. Pada kasus dibawah ini setelah harga bisa break dari range..akhirnya harga bergerak turun

Doji yang terbentuk dalam kondisi sideways, dapat digunakan sebagai potensial support / resistance. Pada kasus dibawah ini setelah harga bisa break dari range..akhirnya harga bergerak turun

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

The Art in Placing Stop Loss

Ada 3 Point Utama yang harus diperhatikan

1. Biarkan Chart/grafik yang menunjukkan kepada kita dimana kita harus menempatkan stop loss

  • Stop loss yang optimal sebaiknya diletakkan di bawah support (dalam posisi long) atau di atas resistance (dalam posisi short). Cara penentuan support resistance bisa dilihat di: Menentukan Support & Resistance
  • Penentuan support atau resistance bisa dilakukan setelah mengukur range pergerakan harga dan diambil level high yang ekstrem (Resistance) atau level low (Support) yang ekstrem pada grafik.
  • Dalam kondisi market trending “Trend is your Friend” usakan trading hanya mengikuti bentuk trendnya. Jika dalam kondisi trend bullish maka diutamakan untuk hanya mengambil posisi long saja dan mengabaikan posisi short. Dalam kondisi trend bearish maka diutamakan hanya mengambil posisi short saja.

Berikut gambar penempatan Stop loss

SL 1

Placing protective stop 1

SL 2

Placing protective stop 2

Garis biru adalah ptensial support maupun resistance sedang garis merah adalah contoh penempatan stop loss yang ideal

2. Pastikan bahwa setiap entry posisi memiliki perbandingan reward yang lebih tinggi dibanding risk.

  • Pada setiap trading pastikan bahwa reward yang akan kita terima bisa lebih besar daripada risk yang akan kita tanggung. Semakin besar peluang reward dan semakin kecil peluang resiko yang mungkin terjadi maka secara psikologis dan dilihat dari sudut risk management hal tersebut merupakan hal sangat membantu.
  • Selalu tempatkan limit profit sebagai price obejective dimana kita akan keluar dari market dalam kondisi profit.

3. Perhatikan Time Frame yang akan digunakan (1 menit, 5 menit, Daily, weekly, etc)

  • Tiap-tiap time frame memiliki profil risk/reward masing-masing dan ikut menentukan metode trading yang akan dipakai.
  1. Jika anda tipe trader long term dan investor maka ada baiknya anda setting stop loss sebesar 20-30% dari pergerakan harga
  2. Jika anda tipe trader swing maka ada baiknya anda setting stop loss 10-15% dari pergerakan harga
  3. Jika anda tipe trader intraday, short term atau scalper maka ada baiknya anda setting stop loss 3-5% dari pergerakan harga.

Penjelasan diatas hanya sebagai pengantar tentang pentingnya menempatkan stop loss, dasar-dasar dari penempatan stop loss. Pada perkembangan lebih lanjut ada banyak teknik penempatan stop loss diantaranya:

  1. Stop loss berdasarkan indicator
  2. Stop loss berdasarkan chart pattern
  3. Stop loss berdasarkan % drawdown

Jadi cara penempatan stop loss yang ideal adalah tergantung dengan metode entry exit yang kita pakai, disesuaikan dengan critical point yang ada di grafik.

Ada hal lain juga yang harus diperhatikan pada penempatan stop loss:

  1. Perhatikan konfirmasi lain dari teknikal indikator, chart patterns atau pola candle
  2. Jangan melakukan entry buy hanya karena harga sudah menyentuh support tapi perhatikan juga indikasi-indikasi lain yang mendukung adanya reversal signal ketika harga menyentuh support
  3. Take profit hendaknya ditempatkan sebelum harga menyentuh resistance (untuk posisi long). sehingga probabilitas take profit akan semakin besar.

Insya Allah metode-metode penempatan stop loss akan dibahas pada artikel selanjutnya

https://fxind.cabinet.fxopen.com/



Stock market averages must confirm each other

In Dow’s time, the US was a growing industrial power. The US had population centers but factories were scattered throughout the country. Factories had to ship their goods to market, usually by rail. Dow’s first stock averages were an index of industrial (manufacturing) companies and rail companies. To Dow, a bull market in industrials could not occur unless the railway average rallied as well, usually first. According to this logic, if manufacturers’ profits are rising, it follows that they are producing more. If they produce more, then they have to ship more goods to consumers. Hence, if an investor is looking for signs of health in manufacturers, he or she should look at the performance of the companies that ship the output of them to market, the railroads. The two averages should be moving in the same direction. When the performance of the averages diverge, it is a warning that change is in the air.

Dow dalam hal ini setuju dengan adanya inter market correlation. Menurut Dow Pergerakan indeks saham dari suatu sektor/kelompok harus diikuti juga dengan gerakan searah dari sektor/kelompok lainnya yang mendukung sektor/kelompok pertama tersebut. Dan harus ada keterkaitan yang kuat antara dua sektor tersebut

Dalam studi kasusnya Dow menggunakan 2 jenis index saham yaitu
Dow Jones Industrial Averages
dan Dow jones Tranportation Averages

Menurut Dow Jika terjadi kenaikan dibidang produksi maka otomatis akan terjadi kenaikan juga dari sisi transportasi (Transportasi dibutuhkan untuk distribusi barang)

Jika tidak terjadi konfirmasi antara 2 index tersebut sangat dimungkinkan akan terjadi perubahan gerakan dari salah satu index tersebut.

https://fxind.cabinet.fxopen.com/

Some Criticism of Dow Theory

Dow Theory yang merupakan basic dari technical analysis, sangat bagus digunakan ketika market sedang trending apalagi jika diikuti oleh penambahan posisi seperti contoh dibawah ini

Seperti halnya teknik-teknik trend following yang dikembangkan oleh para Turtle Trader. Metode ini membutuhkan dana yang relatif besar. Dari contoh di atas Jika kita ingin trading HSI Futures paling tidak untuk membutuhkan dana Rp.140.000.000,- untuk dapat melakukan averaging posisi seperti teknik diatas.

Hal terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa:

  • Teknik ini akan bekerja dengan baik ketika market berada dalam kondisi trending sehingga kita bisa melakukan beberapa kali penambahan posisi.
  • Pada kondisi market yang sedang ranging / sideways off cours kita justru akan buy at high price dan sell at low price. Akibatnya peluang untuk cut loss akan semakin banyak ketika market sedang dalam kondisi sideways. Mungkin kita bisa sampai 5,6, bahkan 10 kali cut loss sebelum menemukan kondisi trending.

Kritikan keras terhadap Dow Theory yang tidak boleh kita abaikan adalah bahwa pada setiap pergerakan market yang trending, rata-rata jika menggunakan teknik ini kita telah ketinggalan hampir 20% dari pergerakan market. Memang pada beberapa kasus belakangan ini sudah dikembangkan metode optimasi agar bisa memperkecil ketertinggalan pergerakan itu. Salah satunya dilakukan dengan memperkecil time frame.

Pada pengembangan Dow theory selanjutnya mulai muncul adanya elliot wave theory yang membagi trend menjadi tiga bagian yaitu wave 1,3, dan 5

Elliot Wave mencoba mengeleminir kelemahan-kelemahan dari Dow Theory.

Beberapa waktu yang lalu mendapat kiriman e-book dari teman yang mengkritik tentang Elliot Wave Theory tapi belum sempat dibaca. Ntar kalau sudah baca dan bica menerapkan isinya baru disharing.

https://fxind.cabinet.fxopen.com/


Simple Peak & Trough Analysis

Jenis Trend dibagi menjadi 3:

  1. Bullish
  2. Bearish
  3. Sideways
1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

6

6

7

7

8

8

9

9

10

10

11

11

12

12


GRATIS!! MINING BITCOIN