Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar :
Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhadap komparasi alutsista yang akan diperbaharui yaitu adanya diversifikasi terhadap jenis alutsista produksi dalam negeri , dari Rusia, China dan Amerika Serikat. Setidaknya itu yang mengemuka dalam statement yang dikemukakan Panglima TNI Jendral Djoko Santoso dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Jakarta kemarin.
Dalam rencana strategis itu diungkapkan bahwa TNI akan memenuhi kebutuhan armada kapal perang dengan memesan 35 Kapal Cepat Rudal Trimaran ukuran 60 meter, 40 Kapal Patroli Cepat Rudal ukuran 40 meter dan 15 Korvet semuanya produksi dalam negeri. Sementara 2 kapal selam kelas Kilo dari Rusia dipastikan hadir tahun 2013.
Untuk Kapal Cepat Rudal Trimaran dan Patroli Cepat adalah produksi swasta nasional, masing-masing akan dilengkapi sepasang rudal buatan China dan Rusia, sementara Korvet adalah produksi PT PAL Indonesia, demikian diungkapkan Jendral Djoko Santoso.
Angkatan Udara Indonesia akan diperkuat dengan pembelian 22 F16 CD dari Amerika Serikat dan 12 pesawat angkut Hercules. Order ini akan disign pada saat kedatangan Presiden Barrack Obama ke Jakarta pertengahan Maret mendatang bersamaan dengan penandatanganan 5 perjanjian kerjasama lainnya. Saat ini TNI AU memiliki 10 F16 AB dan 38 Hercules berbagai seri.
Bulan April mendatang 3 pesawat tempur SU27 dari Rusia tiba di PangkalanAU Makassar. Dengan kedatangan 3 penempur Sukhoi itu, TNI AU memiliki 10 Sukhoi dan merencanakan akan terus menambah pesawat empur jenis ini sampai mencapai 48 buah ( 4 skuadron).
Yang menarik dari renstra TNI ini adalah adanya pergelaran rudal produksi dalam negeri yang mampu menjangkau jarak tembak sampai 300 km dan sekaligus mengubah konsep hankam TNI dari defensif murni menjadi pre emptive strike. Menurut pengamat militer Jales Primowardhani perubahan konsep ini dipicu oleh keangkuhan Malaysia yang mengganggu teritori Indonesia terutama perairan Ambalat. Ini yang membuat petinggi TNI dan bahkan Presiden SBY merasa gerah dan kemudian mempersiapkan arsenal berbagai jenis untuk mengantisipasi kondisi terburuk, katanya.
TNI memang sedang mempersiapkan diri, memperbaharui alutsistanya. Lihat saja di kalimantan, Kodam dimekarkan menjadi 2 dengan menambah kekuatan pasukan secara besar-besaran sampai mencapai 30 ribu, pembentukan 8 batalyon infantri, 6 batalyon kavaleri, 4 batalyon artileri dan 4 batalyon rudal. Tarakan juga menjadi home base bagi 16 pesawat tempur Super Tucano disamping Pontianak yang sudah eksis sengan 16 pesawat tempur Hawk.
Seorang petinggi di Kementerian Pertahanan Indonesia yang enggan disebut namanya membenarkan bahwa TNI sedang mempersiapkan kekuatannya dengan memperbesar satuan-satuannya. Marinir akan ditambah menjadi 60ribu pasukan, Kostrad sedang membangun divisi 3, Kodam-kodam menambah batalyon infanri dan mekanis. Rudal berbagai jenis sudah dan sedang dalam pesanan seperti Qw3, C-802, Yakhont, AGM Maverick. Nantinya kekuatan TNI AL bertumpu pada kekuatan 3 armada tempur dengan kekuatan 276 KRI, 12 Kapal Selam , 60 ribu marinr. TNI AU dengan 4 Skuadron Sukhoi, 3 Skuadron F16, 2 Skuadron Hawk, 1 skuadron Stucano, 1 skuadron Yak 130.
TNI AD dengan 3 divisi Kostrad, 21 Kodam dengan kekuatan pasukan mencapai 450 ribu tentara.
sumber :reuters
rencana pembelian
a. 3 Sukhoi SU27 April 2010 (rali sasi 5 sep 2010 dan 15 sep 2010)
b. 16 Super Tucano September 2010 (DICARI ALTERNATIF LAIN)
c. 8 Heli tempur MI35 Nopember 2010
d. 12 Heli tempur MI17 Oktober 2010
e. 6 Sukhoi SU30 Mei 2011
f. 6 Hercules Desember 2010
g. 8 Kapal Cepat Rudal Ctmaran Nopember 2010
h. 6 Hercules Nopember 2011
i. 22 F16 CD Oktober 2011 - Juni 2012
j. 12 Kapal Cepat Rudal Ctmaran Desember 2011
k. 4 Korvet PAL Juni - Okt 2011
l. 16 Yak 130 April 2013
m. 10 Sukhoi SU27/30 Nopember 2013
n. 2 Kapal Selam Kilo Desember 2013
o. 20 Kapal Patroli Cepat Rudal Jan - Des 2011
p. 80 Rudal Lapan Juni - Okt 2010
q. 12 Korvet PAL Jan 2012- Des 2013
r. 5 Batteray S300 Mei 2013
s. 2 Kapal Selam U214 Okt 2014
t. 10 Sukhoi SU35 Agustus 2014
u. 200 Rudal Lapan Feb - Sep 2011
Sumber : Jane's Defence Feb 2010
Bangkitnya TNI AU
Peringatan HUT TNI AU ke 64 di Halim Perdana Kusuma Jakarta yang dihadiri Panglima TNI Jendral Djoko Santoso hari ini tanggal 09 April 2010 dirasakan cukup meriah. 16 pesawat tempur melakukan formasi big diamond yang menggambarkan kesiapan TNI AU mengawal dirgantara Indonesia. Ke 16 pesawat tempur itu terdiri dari masing-masing empat unit Sukhoi, F16, F5E dan Hawk200 melakukan manuver tempur yang membanggakan.
Panglima TNI dalam amanatnya menyatakan TNI AU akan terus dikembangkan dan diperkuat untuk mengawal udara Nusantara yang luas ini. Program Renstra TNI 2010-2014 memberikan arahan yang jelas untuk menambah skuadron tempur baru. Tambahan pesawat tempur F16 CD sebanyak 16 unit akan ditempatkan di Medan. 10 Sukhoi ditempatkan di Pangkal Pinang, 16 Super Tucano ditempatkan di Tarakan dan Malang, 16 Yak 130 ditempatkan di Madiun.
Saat ini kekuatan TNI AU memiliki 10 Sukhoi di Makassar, 10 F16 di Madiun, 12 F5E di Madiun, 40 Hawk100/200 di Pekan Baru dan Pontianak, 8 Hawk MK di Madiun dan 6 OV10 Bronco di Malang. Disamping TNI AU Penerbad juga sudah membentuk skuadron heli tempur baru di Berau Kaltim dengan kekuatan 8 Mi35 dan 8 Mi17. Sementara 10 F16 yag ada di Madiun mulai ditambah menjadi 16 pesawat dengan kedatangan 6 pesawat tempur F16 dari Guam AS awal Maret 2010 ini. (OBAMA TIDAK DATANG, ALTERNATIF JF-17)
Sumber: Trans TV
16 Super Tucano September 2010 (TERSENDAT OLEH RAPAT DPR SEDANG DICARI ALTERNATIF LAIN)
22 F16 CD Oktober 2011 - Juni 2012
20 kendaraan tempur infanteri BMP-3F (SUDAH ADA MOU des 2010 akan datang)
10 Helikopter Mi-17
5 heli serang Mi-35M
2 Kapal Selam Amur-1650
4 Kapal Selam 636 Kelas-Kilo
SUKHOI SU-27SKM
Selain itu demi mendukung kinerja Sukhoi yang mumpuni industri pertahanan Indonesia sudah siap membuat bom untuk pesawat Sukhoi dan pesawat standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bom kaliber 100 kilogram bernama P100 itu telah dibuat Dinas Penelitian dan Pengembangan Markas Besar TNI Angkatan Udara.
“Kualitasnya bagus. Hanya, kapasitas produksinya masih kecil karena permintaan TNI terbatas,“ ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Pertahanan Lilik Hendrajaya.
Termasuk dalam daftar beli indonesia pada Rusia selain 20 Su-30MK2 adalah:
Sejumlah pesawat latih Yak-130 lain, serta sistem pertahanan udara yang total bernilai miliar dollar AS.
Dalam implementasinya, seperti disampaikan ketika Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Indonesia September silam, kredit yang ditawarkan sebesar 1 miliar dollar AS kemudian dicairkan dalam dua tahap, masing- masing 500 juta dollar AS.
TNI AU berencana membentuk dua skadron Sukhoi —total 24 pesawat—pada tahun 2010 nanti.
Korps Marinir Segera Miliki 17 Unit Tank BMP-3F Buatan Rusia
Sidoarjo - TNI Angkatan Laut merevitalisasi alat utama sistem persenjataan, terutama menggantikan persenjataan yang sudah udzur. Markas Besar TNI Angkatan Laut membeli 17 tank jenis BMP-3F dari Rusia. Proses administrasi pengadaan tank telah selesai, menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009. “Diperkirakan Desember mendatang sudah tiba di Tanah Air,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya Agus Suhartono, Kamis (12/11).
BMP-3FTank produksi Rusia ini memiliki keunggulan di antaranya jarak tembak 20 kilometer, tank amfibi ini mampu berjalan di air dengan kecepatan 13 kilometer per jam atau sekitar 7 knot per jam. Sedangkan, kecepatan jalan darat hingga 70 kilometer per jam. Mampu berjalan di medan pegunungan mencapai 45 kilometer per jam, sambil mengeluarkan tembakan.
Harga setiap unit diperkirakan mencapai Rp 23 miliar. Tank ini juga dilengkapi dengan senjata kaliber 100 milimeter canon, serta 38 butir amunisi yang mampu menembak ke udara dengan sasaran pesawat maupun helikopter. Selain itu juga dilengkapi dengan senjata 7,62 milimeter yang merupakan senjata mesin ringan. Tank tercanggih saat ini, akan langsung bergabung dengan Resimen Kaveleri Marinir.
Selain itu, TNI Angkatan Laut juga mendapat hibah 10 unit tank amfibi dari Korea Selatan. Tak jenis Landing Vehicle Tank tipe 7A1 ini, akan memperkuat dukungan alat persenjata TNI Angkatan Laut.
BMP-3FKepala Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya Iskandar Sitompul mengatakan selama ini jumlah tank di TNI Angkatan Laut mencapai 430 unit. Rata-rata berusia sekitar 20 tahun, 30 persen diantaranya berusia 30 tahun.
Karena tergolong peralatan berumur, maka persenjataan tersebut mulai diperbarui. Tank hibah tersebut, kata Iskandar, menjalani perawatan sehingga memiliki tingkat efisiensi 90 persen. Jika diperhitungkan dengan luasan wilayah, idealnya jumlah persenjataan jauh dari kebutuhan ideal. “Tapi disesuaikan dengan keuangan negara, serta prioritas pembelajaannya,” jelasnya.(Sumber : Tempo Interaktif)
Inilah Armada Tempur Terbaru Indonesia
SUKHOI SU-27SKM
Selain itu demi mendukung kinerja Sukhoi yang mumpuni industri pertahanan Indonesia sudah siap membuat bom untuk pesawat Sukhoi dan pesawat standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bom kaliber 100 kilogram bernama P100 itu telah dibuat Dinas Penelitian dan Pengerbaru embangan Markas Besar TNI Angkatan Udara.
“Kualitasnya bagus. Hanya, kapasitas produksinya masih kecil karena permintaan TNI terbatas,“ ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Pertahanan Lilik Hendrajaya.
Termasuk dalam daftar beli indonesia pada Rusia selain 20 Su-30MK2 adalah:
Sejumlah pesawat latih Yak-130
4 Kapal Selam 636 Kelas-Kilo
2 Kapal Selam Amur-1650
10 Helikopter Mi-17
5 heli swrang Mi-35M
20 kendaraan tempur infanteri BMP-3F
dan sejumlah korvet dan kapal lain, serta sistem pertahanan udara yang total bernilai miliar dollar AS.
Dalam implementasinya, seperti disampaikan ketika Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Indonesia September silam, kredit yang ditawarkan sebesar 1 miliar dollar AS kemudian dicairkan dalam dua tahap, masing- masing 500 juta dollar AS.
TNI AU berencana membentuk dua skadron Sukhoi —total 24 pesawat—pada tahun 2010 nanti.
TNI Anggarkan Beli Kapal Cepat Trimaran dan 16 Super Tucano
Kapal Cepat Trimaran X3K (image : Lundin)
Panglima TNI: Pesawat Super Tucano Gantikan OV-10
JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menjelaskan, rencana TNI berencana membeli pesawat jenis Super Tucano merupakan pengganti pesawat OV-10 yang telah di-"grounded". Hal itu dijelaskan Panglima saat rapat kerja dengan Komisi I di gedung DPR Jakarta, Senin (22/2/2010).
Panglima TNI menjelaskan proses pembelian alutsista itu dilaksanakan pada renstra II tahun 2010-2014. Sementara, penjelasan Panglima ini terkait dengan pertanyaan kalangan anggota Komisi I DPR seputar rencana TNI AU membeli pesawat Super Tucano untuk ditempatkan di skadron 14 Madiun dan rencana TNI AL membeli kapal patroli cepat. "TNI AU telah mengajukan anggaran pembelian beserta dukungannya sebanyak 16 unit untuk satu skadron," ujarnya.
Terkait upaya pemberdayaan industri strategis pertahanan nasional, menurut Panglima TNI, pihaknya juga berencana melibatkan atau menjalin kerjasama PT Dirgantara Indonesia dalam berbagai hal yang menyangkut pelatihan, jaminan ketersediaan suku cadang, prosentase kandungan lokal dan alih teknologi.
Tentang pembelian kapal patroli cepat, Panglima TNI mengatakan bahwa sesuai dengan renstra II tahun 2010-2014, TNI AL telah menganggarkan pembelian Kapal Cepat Rudal Trimaran dengan panjang 60 meter dan Kapal Cepat Rudal sepanjang 40 meter. "Keduanya merupakan produk industri swasta nasional," kata Panglima TNI.
Dalam raker yang dipimpin Ketua Komisi I Aziz Stamboel (FPKS), hadir pula Menhan Purnomo Yusgiantoro, para kepala staf TNI dan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin.
TNI AU mantapkan perampingan pesawat
AS Lirik Daftar Belanja TNI dari Rusia
Saat ini proses pengadaan suku cadang alutsista TNI buatan AS masih cukup lambat karena hambatan birokrasi AS.
JAKARTA -- Pemerintah telah menyetujui tawaran kredit alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang ditawarkan Rusia senilai 1 miliar dolar AS. Rupanya, Amerika Serikat (AS) yang setahun ini telah menormalisasi hubungan militernya dengan Indonesia dengan pencabutan embargo, ingin tahu alutsista yang akan dibeli TNI dari Rusia.
''Amerika bertanya-tanya apa saja yang kita beli. Tapi, saya bilang itu urusan kita bukan urusan Amerika,'' kata Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono, tanpa menyebut nama pejabat AS yang bertanya kepadanya itu, saat acara halal bi halal dengan tim pakar hukum Departemen Pertahanan, Jumat (10/11). Namun, Juwono membantah adanya upaya pihak AS mendekati pejabat Indonesia yang terkait kredit alutsista Rusia dan keinginan untuk mencegah atau membatalkannya.
Juwono menganjurkan kepada AS, bila ingin membantu Indonesia cukup dengan menyediakan suku cadang pesawat tempur F-16 dan pesawat angkut C-130 Hercules yang saat ini sangat dibutuhkan TNI. Saat ini, katanya, proses pengadaan suku cadang alutsista TNI buatan AS masih cukup lambat karena hambatan birokrasi AS.
Selasa (7/11) lalu Juwono baru saja menerima kunjungan Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Bidang Hubungan Politik dan Militer, John Hillen, didampingi oleh Duta Besar AS, B Lynn Pascoe. Mereka membicarakan hubungan kerja sama militer dengan Indonesia dan rencana kunjungan Presiden AS, George W Bush. Tidak ada rencana peningkatan status kerja sama militer kedua negara.
Juwono menjelaskan, Indonesia hanya ingin menjadi mitra strategis bagi AS. Misalnya, kerja sama dalam Defense Resource Management System atau pelatihan manajemen pertahanan bagi para perwira menengah TNI di AS. Indonesia juga menjalankan politik pertahanan yang berimbang. Misalnya Indonesia juga menjalin kerja sama militer dengan Cina, Australia, Rusia, dan Korea Selatan.
Saat ini pemerintah Rusia masih menunggu adanya konfirmasi dari Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan Indonesia. Program pembelian alutsista dengan kredit negara (state credit) Rusia itu sebenarnya sudah disetujui oleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas bulan Oktober lalu. Namun, masih harus menunggu pengesahan dari presiden karena akan mempengaruhi besarnya cicilan utang negara kepada luar negeri. ''Ini harus dengan keputusan politik tertinggi. Jangan sampai utang kita melebihi 1,4 persen dari PDB,'' kata Juwono.
Anggota Komisi Pertahanan DPR, Soeripto, memuji langkah Juwono yang meminta AS tak mencampuri urusan dalam negeri dan hubungan bilateral dengan negara lain. Dia memastikan AS tidak suka bila Indonesia membeli alutsista dari negara lain. ''Kecuali, kalau senjata itu dari Israel atau Singapura,'' ujarnya.
Dia menambahkan, yang lebih penting bagi Indonesia dalam menerima tawaran kredit alutsista adalah soal transfer teknologi agar TNI bisa melakukan perbaikan dan perawatan alutsista secara mandiri. Ketika dihubungi, Soeripto mengaku bersama anggota Komisi I lainnya baru saja meninjau empat Sukhoi di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar. Ternyata masih ada enam orang teknisi Rusia yang bekerja merawat Sukhoi TNI AU.
Dalam daftar belanja alutsista dari Rusia, yang paling mahal adalah dua kapal selam kelas Kilo versi yang telah dikembangkan (improved Kilo) atau dikenal dengan Project 636. Dirjen Perencanaan Pertahanan Dephan, Laksamana Muda Yuwendi, sebelumnya pernah memperkirakan harga dua Kapal Selam Kilo yang berbobot 2.300 ton itu sekira 500 juta dolar AS. Saat ini, lautan Indonesia hanya dijaga oleh dua kapal selam Tipe-209 buatan Jerman tahun 1979-1980 yaitu KRI Cakra dan KRI Nenggala berbobot 1.300 ton.
Daftar Belanja TNI dari Rusia
TNI AD
1. 10 helikopter angkut MI-17 V5
2. Satu paket perlengkapan tambahan untuk MI-17
3. Lima helikopter serang MI-35 P
4. Satu paket suku cadang MI-35
5. Satu paket senjata dan amunisi untuk MI-35
TNI AL
1. Dua Kapal Selam Kelas Kilo versi Project 636
2. 20 tank amfibi BMP-2 untuk Korps Marinir
3. Peluru kendali antikapal Yakhont berserta sistem pengendalian tembakan untuk dua kapal
TNI AU
1. Tiga jet tempur Sukhoi SU-27 SKM
2. Tiga jet tempur Sukhoi SU-30 MKM
3. Empat paket amunisi dan senjata untuk Sukhoi
4. Empat paket suku cadang Sukhoi
Indonesia-Korsel Menandatangani Proyek Jet KF-X
SEOUL, KOMPAS.com — Indonesia, Kamis (15/7/2010), sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X, Korea Selatan, yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.
"Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20 persen biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dollar AS itu," kata Kementerian Pertahanan Korsel dalam sebuah pernyataan.
Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut.
Kesepakatan ini ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Indonesia, Eris Herryanto.
Korsel telah meluncurkan proyek tersebut pada tahun 2000 untuk memproduksi jet tempur buatan dalam negeri.
Setelah lama ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi, Presiden Lee Myung-Bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut.
Korsel berencana menonaktifkan semua jet tempur F-4 dan F-5 pada 2020. Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, sekitar 170 jet tempur F-5 beroperasi di Korsel.
Pesawat-pesawat tersebut kali pertama terbang pada 1975 dan telah mengalami sejumlah kecelakaan udara.
"Pengaktifan kembali proyek itu akan dimulai awal tahun depan, dan kami berencana memproduksi jet-jet tempur baru setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.
"Kami memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut," ujarnya, tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan.
Menurut juru bicara tersebut, di samping pengembangan proyek kunci KF-X itu, Korsel juga akan terus membeli jet-jet tempur canggih dari perusahaan asing.
Kasau: T-50 Lebih Potensial Gantikan MK-53
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan bahwa pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan, lebih potensial menggantikan pesawat Hawk MK-53 yang akan habis masa pakainya pada 2011."Saat ini memang ada tiga jenis pesawat yang lolos seleksi untuk menggantikan MK-53 yakni T-50 Golden Eagle (Korea Selatan), Yakovlev Yak 130 (Rusia) dan Aero L159 Alca (Ceko)," katanya, ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Namun, lanjut Imam, ada beberapa pertimbangan untuk memastikan T-50 sebagai pengganti MK-53.
"T-50 adalah pesawat generasi keempat Korea Selatan dengan berbagai keunggulan muktahir, yang tidak lagi dimiliki L-159," ungkapnya.
Sedangkan, Yak 130 juga potensial menggantikan MK-53 namun prosedur dan mekanisme pembelian dari Rusia terkadang sangat ketat.
Tak hanya itu, lanjut Kasau, sudah ada kesepakatan antara RI dan Korea Selatan untuk bekerja sama dalam industri pertahanan seperti produksi bersama pesawat T-50.
"Jadi ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan T-50. Selain, merupakan pesawat generasi keempat dengan teknologi muktahir juga ada kesimbungan, melalui produksi bersama tersebut," tutur Imam.
Namun, lanjut dia, semua kemungkinan masih dibahas mendalam. "Kami tetap ajukan tiga jenis pesawat pengganti MK-53, agar dibahas mendalam untuk segera diputuskan Kementerian Pertahanan," katanya menambahkan.
Kemandirian Alutsista TNI AL
Offshore Patrol Vessel/ FPB-60
Keprihatinan akan kondisi alutsista pertahanan laut negara ini, sedikit demi sedikit coba diperbaiki dan dioptimalkan. Salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan kemandirian pembuatan alat-alat pertahanan dari dalam negeri, dan blue-print penyusunan kekuatan Angkatan Laut yang diinginkan guna mewujudkan Green Water Navy.
Berikut kutipan yang di ambil dari tulisan KSAL, Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. di harian SEPUTAR-INDONESIA yang memberikan gambaran bagaimana rencana, prospek dan progres dari pengadaan ALUTSISTA TNI AL kedepan :
KHUSUS pada kekhawatiran adanya embargo dan ketergantungan terhadap produk asing, maka TNI AL telah melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, khususnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan alutsista dengan melibatkan industri strategis nasional maupun swasta nasional.
Hal tersebut ditempuh bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan industri tersebut, akan tetapi untuk mewujudkan langkah strategis sehingga TNI/TNI Angkatan Laut tidak lagi bergantung pada negara lain yang pada dasarnya berujung pada efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Pengadaan luar negeri hanya diarahkan pada jenis alutsista yang belum bisa diproduksi di dalam negeri dengan tetap menerapkan program alih teknologi (Transfer of Technology/ ToT) yang menyertakan industri strategis nasional dan lembaga litbang di lingkungan pemerintah maupun akademisi yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian nasional di sektor pertahanan.
Transformasi teknologi kapal TNI AL buatan PAL
Untuk jenis alutsista TNI Angkatan Laut yang bisa diproduksi di dalam negeri secara prioritas dilaksanakan dengan melibatkan industri. TNI AL akan melaksanakan kerja sama dengan PT PAL dalam pengadaan kapal hasil transfer of technology dengan pihak luar negeri yang meliputi pengadaan kapal PKR, LPD yang diarahkan menjadi helicopter carrier (kapal induk helikopter) serta offshore patrol vessel (OPV) 60 meter yang merupakan pengembangan FPB 57 yang telah memperkuat jajaran TNI Angkatan Laut.
TNI Angkatan Laut juga akan bekerja sama dengan PT DI untuk membangun pesawat udara jenis CN 235 maritime patrol aircraft (MPA) dan heli antikapal selam (AKS).Untuk mendukung persenjataan perorangan Marinir,TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan PT Pindad untuk memproduksi senjata SS-1 Marinize.
Kerja sama dalam bentuk lain tentu akan terus dilakukan TNI AL, terutama dengan industri strategis nasional dan swasta nasional dengan melibatkan lembaga penelitian dan pengembangan serta akademisi.Kreativitas anak bangsa untuk menyumbangkan ide-ide cemerlangnya untuk kepentingan pertahanan sangat diperlukan, sebagai contoh kapal patroli produksi PT PAL jenis FPB 57 yang telah bergabung dengan TNI AL telah mampu ditingkatkan performance menjadi kapal yang dilengkapi dengan rudal C-802 buatan China dan telah diujicobakan pada latihan gabungan TNI pada 2008 dengan hasil maksimal.
Dalam waktu yang sama juga dilaksanakan uji coba torpedo SUT produksi PT DI dengan hasil maksimal pula. Hal tersebut memberikan penegasan bahwa sebenarnya negara ini mampu untuk memproduksi peralatan militer secara mandiri untuk mendukung pertahanan negara. Demikian langkah-langkah konkret TNI AL yang telah ditempuh dalam rangka membangun kekuatan angkatan laut yang besar, kuat, dan profesional dihadapkan dengan keterbatasan anggaran pertahanan.
Pembangunan angkatan laut yang besar dan kuat bukanlah kemewahan,namun merupakan sebuah kebutuhan.Indonesia adalah Negara maritime yang besar maka harus memiliki angkatan laut yang besar dan kuat pula serta dilengkapi dengan para pengawak organisasi yang profesional untuk menegakkan kedaulatan negara dan hukum di laut, serta melindungi segenap kepentingan nasional di dan atau lewat laut. Dirgahayu Ke-63 TNI A
ngkatan Laut, Jalesveva Jayamahe–Justru di Laut Kita Jaya.
INDONESIA Buat Kapal PERUSAK KAWAL RUDAL Seharga 220 Juta Dolar
Dyfanov TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementrian Pertahanan hari ini melaunching rencana pembangunan kapal perang Perusak Kawal Rudal. Kapal PKR ini merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibuat di Indonesia. "Ini memperkuat kekuatan laut kita dan dengan ini kita memiliki kekuatan yang dapat membuat gentar pihak lain yang mengancam," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam keterangan persnya di kantor Kementerian Pertahanan, Senin (16/8).
Purnomo melanjutkan, pembangunan kapal perang yang akan dimulai pada tahun depan ini dan selesai dikerjakan selama 4 tahun merupakan cara Indonesia untuk mengembangkan dan memperkuat pertahanan negara. "Bisa digunakan untuk berbagai operasi, misal untuk operasi perdamaian," katanya. Di Asean, lanjut Purnomo, hanya Singapura yang memiliki jenis kapal perang tempur sejenis ini.
Menambahkan pernyataan Menhan, Kepala Staff Angkatan Laut, Letnal Jenderal Erris Heriyanto mengatakan, pengunaan kapal PKR ini tergantung dari intensitas permintaan. "Kapal ini tergantung dari permintaan panglima TNI, bisa untuk patroli mengitari Indonesia karena ancaman yang kita hadapi bisa datang dari seluruh perairan," kata Erris. Kapal perang ini juga bisa untuk mengawal kapal-kapal kecil lainnya.
Kapal perang yang memiliki panjang 105 meter dan berat 2400 ton dan juga peralatan perang avionik-elektronik canggih ini akan dibangun oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri. Sebagai bagian dari alih teknologi, kerjasama ini juga akan dilakukan dengan negara Belanda. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu unit kapal perang adalah sebesar $220 juta yang dananya berasal dari APBN.
Kapal perang jenis PKR ini dilengkapi perlengkapan avionik elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai misi operasi peperangan seperti elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal.
Kapal perang ini dilengkapi peralatan antara lain radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan meriam kaliber 76-100mm dan kaliber 20-30mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo.
=================================================
Menhan Launching Pembangunan Kapal Perang Tempur PKR Pertama di Indonesia
Jakarta, DMC – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro me-launching pembangunan kapal perang tempur jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang merupakan kapal perang tempur tpertama dan terbesar yang akan dibuat di Indonesia, Senin (16/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pembuatan kapal perang PKR tersebut akan dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender.
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses Pembangunan Kapal Perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi Kapal Perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal. (BDI/MAW/PGN)
Menhan Launching Pembangunan Kapal Perang Tempur PKR Pertama di Indonesia
Jakarta, DMC – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro me-launching pembangunan kapal perang tempur jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang merupakan kapal perang tempur tpertama dan terbesar yang akan dibuat di Indonesia, Senin (16/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pembuatan kapal perang PKR tersebut akan dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender.
Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.
Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.
Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.
Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.
“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.
Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.
Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.
Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.
Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).
Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.
Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.
Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.
Proses Pembangunan Kapal Perang PKR
Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.
Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.
Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.
Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.
Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.
Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Spesikasi Kapal Perang PKR
Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.
Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.
Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal. (BDI/MAW/PGN)
DMC/SAPARDIMenhan: RI Akan Buat Kapal Selam
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertahanan sedang mengenjot industri pertahanan tempurnya untuk menjaga kedaulatan RI di garis wilayah perbatasan. Salah satunya yang lagi digenjot adalan pembuatan Kapal Selam Tempur dan akan menjadi yang pertama kali dibuat di Indonesia.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan, kapal selam yang merupakan alat tempur bawah laut tersebut dijadwalkan rampung pada tahun ini." Kami akan bekerja keras mewujudkannya. Saya, Wakil Menhan, segenap Sekjen, dan Dirjen di lingkup Kemenhan saat ini sedang mencari satu program, satu master plan bagaimana kami bisa membangun kapal selam di Indonesia," kata Purnomo dalam acara buka puasa di kantornya, Selasa 31 Agustus 2010.
Menurut Purnomo, keberhasilan membangun kapal perang modern membuat pemerintah cukup percaya diri memperkuat industri pertahanan untuk Angkatan Laut. Industri pertahanan dalam negeri, kata Purnomo, sudah cukup membanggakan. Keberhasilan PT Pindad membuat panser dan senapan serbu SS1 dan SS2 merupakan salah satu contoh. Panser buatan Pindad kini sudah diekspor ke negara-negara ASEAN.
WDA
TEMPO INTERAKTIF
Russian President Vladimir Putin stopped in Indonesia to finalize a $1.2 billion
Russian President Vladimir Putin stopped in Indonesia to finalize a $1.2 billion defense agreement and to strengthen economic ties. Indonesia has begun buying Russian equipment, including the recent $335 million purchase of more SU-27/30 Flanker family fighters, but Defence Ministry spokesman Edy Butar Butar told Reuters that no banks had stepped forward yet to finance the deal. The Russian defense package opens a line of credit that will allow Indonesia to buy Russian military equipment during the next 15 years, something they can afford as natural resources have made Russia the world’s second-largest holder of foreign currency reserves after China. A pair of SSK Kilo Class attack submarines, 20 armored vehicles, and 15-22 helicopters are reportedly on the shopping list, as part of larger modernization efforts; meanwhile, President Yudhoyono was blunt about their other reasons for accepting:
“We want to diversify the sources of our equipment. Russia is offering us a generous package, and Russia also does not attach any conditions whatsoever. Russia is all business and does not attach any political conditions and that is the way we like it, and that is why we took up the offer.”
Sukhoi hanya di Makasar
30 September 2010, Makassar -- Untuk memperkuat pertahanan udara Indonesia, pemerintah telah membangun satu skadron pesawat tempur Sukhoi di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makassar dan jet tempur Rusia itu hanya akan berada di Lanud Hasanuddin.
"Untuk skadron pesawat tempur Sukhoi ditempatkan di Lanud Hasanuddin Makassar dan hingga saat ini Lanud telah mempunyai 10 unit pesawat tempur Sukhoi," kata Kepala Penerangan dan Kepustakaan (Kapentak) Lanud Hasanuddin Makassar, Kapten Agus, Kamis.
Untuk melengkapi skadron Lanud Hasanuddin Makassar, pemerintah masih akan memesan enam pesawat tempur Sukhoi lagi dari Rusia.
"Satu skadronnya akan diisi Sukhoi sebanyak 16 unit dan hingga saat ini kita sudah punya 10 unit," ujarnya tanpa menjelaskan kapan enam pesawat tempur berikutnya bakal dibeli.
Berdasarkan rencana jangka panjang hingga tiga dekade ke depan, pemerintah akan membangun 10 skadron dengan 180 unit pesawat tempur berbagai jenis.
10 skadron itu akan ditempatkan 180 pesawat tempur berbagai jenis, diantaranya F-16 Fighting Falcon yang sudah masuk dalam rencana kerja strategi Kemenhan sebagai pengganti Hawk Australia.
Menhan : Rp 150 Triliun untuk Alutsista
29 September 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mengatakan bahwa menganggarkan sekira Rp 150 triliun untuk pengadaan dan pemeliharaan, serta perawatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang sebagian besar diambil dari Rencana Pembangunan Menengah Nasional 2010-2014.
"Dari jumlah tersebut sebesar Rp100 triliun diambil dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2010-2014," kata Purnomo kepada pers, di Istana Wapres Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dikemukakan usai dirinya menerima penghargaan Cinta Karya Bangsa dari Wapres Boediono, yang juga dihadiri oleh Menperind MS Hidayat, Menteri ESDM Darwin Saleh serta sejumlah pejabat instansi/kementrian serta direktur BUMN.
Menurut menhan, sisanya sebesar Rp50 triliun diharapkan bisa diperoleh oleh kementriannya apabila ekonomi Indonesia ke depan tumbuh dengan baik.
Dirinya mengakui, dana sebesar Rp 50 triliun tersebut masih belum bisa terakomodasi tapi dirinya masih akan terus memperjuangkan. "Belum, sekarang lagi kita perjuangkan," katanya.
Alutista yang akan dibuat di dalam negeri dari anggaran Rp 150 triliun tersebut meliputi fregat, juga fast patrol boat. Untuk di perairan Indonesia barat, TNI AL tidak mengembangkan kapal ukurang besar, sehingga bisa dibuat di dalam negeri.
"Kita lengkapi dengan rudal, persenjataan modern. Kalau yang untuk Indonesia timur memang besar-besar. Seperti fregat itu kita bangun di Surabaya. Mudah-mudahan akhir tahun kita bisa mendeklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia juga di PT PAL," kata Menhan.
Hal yang menarik dalam pembuatan alutista tersebut adalah semua tenaga yang mengerjakan adalah tenaga Indonesia sehingga bisa menciptakan suatu lapangan kerja dan memiliki dampak berantai yang luas.
"Satu fregat bisa menyerap sekitar 2.000 tenaga kerja jadi kalau dua fregat bisa menyerap dua kali lipat tenaga kerja. Belum lagi dampak ekonomi lainnya," kata Purnomo.
Untuk itu, tegasnya, dirinya tetap memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri dalam pembuatan alutista.
INONESIA Plans 180 Flankers Plus F-16s
Sukhoi fighters and F16 Fighting Falcons of the Indonesian Airforce participate in the anniversary of the Indonesian Airforce in Jakarta on April 9, 2010. The defense forces are celebrating the 64th anniversary of the airforce in Indonesia. (Photo: Getty Images)
September 30, 2010, Beijing -- Indonesia intends to acquire 180 Sukhoi Flankers and also to buy Lockheed Martin F-16s, Defense Minister Purnomo Yusgiantoro says, setting out plans for a massive expansion of the Southeast Asian country’s air combat force.
If Indonesia is serious about buying 180 Flankers, then Canberra will almost certainly fund the Royal Australian Air Force’s plan for 100 Lockheed Martin F-35s, says Andrew Davies, an analyst at the Australian Strategic Policy Institute. Until now, there was a significant chance that Australia would buy fewer F-35s.
The Sukhoi fleet will be built up by 2024, with 18 aircraft in each of 10 squadrons, Purnomo says. F-16s will replace BAE Systems Hawks, the government’s Antara news agency says in a report carrying Purnomo’s statement.
If the country does buy 180 Flankers and if it can operate them efficiently — two big ifs — then it will have transformed an air force that now has negligible combat capability.
Indonesia has been operating its current small force of Flankers, a mix of Su-27s and Su-30s, with poor levels of efficiency and availability. Analysts believe that its nine Northrop F-5s are in worse shape. Eight of 12 F-16As and Bs ordered in the 1980s are grounded.
The delivery of three Flankers this week took the force of that type to 10. The government previously said it would buy an additional six.
“To defend our nation’s sovereignty, we have set a target to procure 180 Sukhoi jet fighters to form 10 squadrons,” Purnomo reportedly says.
Besides Australia, the Indonesian buildup also would cause concerns in Singapore and Malaysia, according to Davies, although Leonard Sebastian, a Singapore-based specialist on Indonesia, thinks that Indonesia’s neighbors, including Australia, will not react too strongly.
The Indonesian air force is “pretty weak on human resources — not just the pilots but also the support personnel,” Sebastian says, doubting that the country could operate the Flanker force efficiently.
There is less doubt that it can buy them, he adds. Indonesia has been enjoying strong mineral prices stoked by Chinese demand. And building up the air force, rather than the army, would accord with the country’s policy of creating armed forces that are more technically advanced and professional.
The minister says the strength of the Indonesian economy is helping the government pay for its arms program.
Davies, who thinks Indonesia eventually will have a large number of Flankers but not as many as 180, points out that countries across Southeast Asia are focusing increasingly on advanced military technology.
Purnomo does not say how many F-16s Indonesia wants, but the country is operating six Hawk 100 trainers and 20 Hawk 200 light attack aircraft. Two years ago the government said it wanted to buy a squadron of F-16s between 2010 and 2014.
Any further F-16s may be secondhand. The defense ministry said in July that the U.S. was offering surplus fighters at low prices.
For imports of new weapons, Indonesia will insist on technology transfer and 40% of production work, Deputy Defense Minister Sjafrie Sjamsoeddin says.
Sukhoi SU-27SKM2 Mendarat di Lanud MakassarFriday, September 17, 2010
Pesawat Antonov milik pemerintah Rusia menurunkan perlengkapan pesawat tempur Sukhoi tipe SU-27 SKM yang dipesan TNI AU setibanya di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, Kamis (16/9) malam. Pesawat kargo itu selanjutnya akan kembali ke Rusia dengan membawa tiga jenazah teknisi Sukhoi yang meninggal pada Senin (13/9), di mes Lanud TNI AU Hasanuddin. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/Koz/Spt/10)
16 September 2010, Makassar -- Jet Tempur Sukhoi jenis SU-27SKM2 mendarat di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makassar, Kamis sekitar pukul 20.30 Wita dengan menggunakan pesawat Antonov 124-100.
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna mengatakan jet tempur Sukhoi yang tiba ini akan memperkuat skadron 11 Lanud Makassar.
Pantauan di Landasan Lanud Hasanuddin beberapa bagian dari jet tempur itu masih diturunkan dan langsung dibawa ke skadron teknik untuk dirakit dan diuji kembali.
Selain membawa jet tempur Sukhoi, terlihat tiga orang warga kebangsaan Rusia turun dari pesawat angkut Antonov sambil membawa tas koper. Beberapa wartawan yang coba mengabadikan gambar ketiga warga Rusia itu langsung dihalang-halangi oleh anggota TNI AU.
Setelah kedatangan satu unit pesawat tempur itu berarti TNI AU Skadron 11 Lanud Hasanuddin memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi buatan Rusia.
Sebelumnya, Lanud juga sudah kedatangan dua unit jet tempur Sukhoi yang sama pada Jumat (10/9).
Pada 2003 Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU-30 MK dan dua SU-27SK, kemudian Kementerian Pertahanan membeli lagi enam pesawat Sukhoi pada 2007 senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba di Makassar pada 2008 dan Januari 2009.
Dengan kehadiran tiga Sukhoi terakhir, maka Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat tempur Sukhoi.
Ketiga pesawat tempur canggih itu akan memperkuat Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai "home base" ketiga pesawat tempur tersebut. Pesawat itu merupakan buatan dari Komsomolsk Amure Arcraft Production Association Rusia.
Rusia kirim tiga pengganti tim penjamin
Pihak Rusia mengirimkan tiga pengganti tim penjamin (warranty) yang sebelumnya tewas karena keracunan minuman yang mengandungan metanol pada Senin (12/9).
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama (Marsma) TNI Agus Supriatna di Makassar, Kamis malam, mengaku jika ketiganya dikirim untuk menggantikan tim penjamin yang meninggal karena keracunan metanol.
"Ketiga warga Rusia yang turun bersamaan dengan jet tempur Sukhoi itu pengganti dari tim warranty yang sebelumnya meninggal dunia," ujarnya.
Selain pengganti dari tim penjamin itu, jet tempur Sukhoi tipe SU-27SKM dengan satu pilot itu sudah dimasukkan dalam skadron teknik untuk dirakit kembali sebelum dilakukan pengujian.
Bersamaan dengan kedatangan jet tempur Sukhoi serta tim penjaminnya, pihak Rusia juga mengirimkan 200 peralatan suku cadangnya.
TNI AD Tambah 3 Helikopter Serbu Mi-35
SEMARANG - Pihak Rusia telah menyelesaikan tiga perakitan helikopter serbu Mi-35 yang rencana penyerahannya akan dilaksanakan pada awal Oktober ini.
Pesawat ini merupakan realisasi pembelian yang ditandatangani antara pemerintah RI dan Rusia pada September 2007 lewat kredit sebesar $ 1 milyar untuk pembelian senjata dari Rusia. Indonesia berencana menambah sejumlah heli AD sebanyak sepuluh Mi-17, lima Mi-35Ms.
INDONESIA Plans To Purchase 5 Submarines
Indonesia's submarines.
September 30, 2010 -- The Indonesian Defence Ministry has plans to purchase five submarines worth $350m-$400m each by the end of 2010 to strengthen maritime security in Indonesian waters.
State shipbuilder PT PAL president director Harsusanto said the ministry might hold a tender on the submarines this year.
Harsusanto said the company was expecting to be awarded the contract to construct the submarines.
PAL is currently working with Demen Schelde Naval Shipyard (DSNS) to build a new guided missile escort ordered by the Defence Ministry.
The Indonesian military (TNI) will require at least Rp57tn ($6.4bn) for weapons procurement in the next five years, according to the Jakarta Post.
Presiden : INDONESIA Akan Beli 1 Skuadron Sukhoi Dan 2 Skuadron F-16
FOTO : BY RAHAKUN DINI (PEMNGAMAT MILITER), F16 TNI AU DAN SUKHOI TNI AU
JAKARTA, 11 OKT (Xinhua) Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintah akan menambah jumlah jet tempur Sukhoi untuk satu skuadron (16 unit) dan F16 tempur jet ke dua skuadron dalam lima tahun ke depan sebagai upaya untuk meningkatkan keamanan di negara kepulauan yang luas.
Saat ini Indonesia telah sepuluh pesawat buatan Rusia Sukhoi dan satu skuadron pesawat F16 (fighting falcon), menurut militer.
"Kami akan membangun secara signifikan sistem persenjataan kita dengan lima tahun ke depan. Kami akan menambah jumlah pesawat Sukhoi ke satu skuadron dan pesawat F16 untuk dua skuadron," katanya pada waktu di Istana Negara.
Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau, yang berpenduduk lebih dari 238 juta orang.
Terorisme, pemberontakan, dan narkotika dan perdagangan manusia merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar