Menurut studi terbaru sebuah batu ruang angkasa raksasa meledak di Antartika ribuan tahun lalu dan menghujani area tersebut dengan reruntuhan puing-puing.
Bukti tersebut hadir dari akumulasi partikel meteorit kecil dan sebuah lapisan debu ekstraterestrial yang ditemukan di inti es Antartika. Detil pekerjaan tersebut dipresentasikan dalam sebuah konferensi sains besar di Texas.
Peristiwa tersebut sama dengan kejadian di Tunguska sebuah area besar di hutan Siberia yang rata dengan tanah pada tahun 1908. Disebut sebagai ledakan di udara karena batu angkasa tersebut tidak mencapai tanah, tetapi meledak di atmosfer.
Riset tersebut didasarkan pada studi puing ekstraterestrial yang ditemukan di dalam batu granit di Miller Butte di pegunungan Transantartika dan sebuah lapisan debu kosmik yang merepresentasikan dua inti es Antartika.
Puing dari pegunungan tersebut termasuk mikrometeorit dan partikel kecil yang disebut spherules. Peneliti berpikir bahwa spherules ini adalah material yang keluar dari dalam batu meteorit ketika panas dan terbakar dalam perjalanan melintasi atmosfer. Spherules secara potensial menyediakan sebuah petunjuk untuk mencari bukti ledakan di udara dalam catatan geologis.
Sebuah lapisan debu ekstraterestrial ditemukan di inti kubah es Fuji dan kubah C Antartika. Debu di dalam inti tersebut tertanggal sekitar 481 ribu tahun lalu dan tampaknya seluruh partikel tersebut datang dalam waktu yang bersamaan.
Tim yang terdiri dari Luigi Folco dan Matthias van Ginneken dari Universitas Siena Italia dan Phil Bland dari Imperial College London Inggris memberikan kesimpulan bahwa lapisan debu kubah C dan kubah es Fuji serupa dengan puing-puing dari pegunungan Transantartika.
Mereka menunjuk kepada kesamaan yang kuat dalam tekstur dan komposisi dari puing-puing yang ditemukan di dalam inti es dan yang ditemukan di dalam batu granit. Meskipun kedua tempat tersebut terpisah sejauh 2900 km. Untuk puing kosmik yang menyebar di lokasi area yang sangat luas, peneliti mengajukan asumsi bahwa ledakan udara besar tersebut adalah penjelasan yang paling bisa diterima.
Mereka menghitung hal tersebut disebabkan oleh sebuah benda dengan berat 100 ribu ton.
“Kami mendapatkan sebaran material yang sama di area yang sangat luas. Sangat sulit untuk melakukan penelitian dengan mekanisme tersebut,” ujar Peneliti Dr Bland.
Dampak Tunguska disebabkan oleh batuan luar angkasa puluhan meter di sepanjang 5-10 km di atas tanah. Ledakan tersebut merata di wilayah 2 ribu km persegi di hutan Siberia, dengan jarak 60 km dari episentrum.
Ledakan di atas langit dalam skala Tunguska diperkirakan terjadi antara 500-100 tahun lalu di atas bumi. Perhitungan tersebut didasarkan pada sebuah model komputer oleh Dr Bland dan koleganya.
Hasil tersebut konsisten dengan analisis ledakan udara yang terjadi di atmosfer yang dikumpulkan oleh satelit Departemen Pertahanan sejak tahun 1960.https://fxind.cabinet.fxopen.com/