Ketika indeks harga saham berguguran, jumlah pasien serangan jantung justru meningkat. Begitulah kesimpulan studi yang dilakukan sejumlah peneliti yang menganalisa angka kejadian serangan jantung saat krisis ekonomi Amerika belum lama ini.
"Selama jatuhnya indeks NASDAQ, pasien infark miokardial atau serangan jantung malah meningkat," kata Mona Fiuzat, ketua peneliti dari Duke University Medical Center.
Menggunakan data dari Duke Databank untuk penyakit kardiovaskular, para peneliti menelusuri fenomena kenaikan serangan jantung pada periode Januari 2008 - Juli 2009, masa ketika indeks saham di bursa internasional naik turun bak roller-coaster. "Trennya terlihat jelas," kata Fiuzat.
Faktor risiko penyakit jantung mencakup faktor internal (usia, jenis kelamin, dan keturunan) serta faktor eksternal yang bisa dikendalikan, seperti merokok, berat badan seimbang, olahraga, kadar kolesterol, tekanan darah, dan kadar gula darah.
Beberapa penelitian menunjukkan, kadar emosi yang tinggi dan meledak-ledak hormon stres, termasuk kortisol dan adrenalin akan membuat jantung berdetak lebih keras.
"Kadar adrenalin dan kortisol dalam kadar yang tinggi akan memberi efek racun bagi jantung. Selain itu terlalu sering marah akan mempercepat proses ateroklerosis atau penimbunan lemak di pembuluh darah," kata Jerry Kiffer, MA, peneliti bidang jantung dan otak dari Cleveland Clinic's Psychological Testing Center, AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar